Rabu, 26 November 2014

Laporan Praktikum Pembiakan Tanaman Mencangkok dan Merunduk





LAPORAN PRAKTIKUM
PEMBIAKAN TANAMAN





ACARA 1

PEMBIAKAN VEGETATIF DENGAN CARA MERUNDUK (LAYERAGE) DAN MENCANGKOK (AIR LAYERAGE)



TRIA PITOYO
131510501162
GOLONGAN F / KELOMPOK 4













PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pertanian adalah kegiatan bercocok tanam dalam lahan tertentu untuk memperoleh keuntungan dari produksi tanaman. Kunci utama dari pertanian adalah budidaya tanaman, tanaman merupakan makhluk hayati yang sangat penting keberadaannya untuk makhluk hidup lain terutama bagi manusia. Tanaman dapat menyediakan kebutuhan bahan pokok mulai dari sandang, pangan, dan papan. Tanaman adalah makhluk hidup yang tentunya berkembang biak, secara alami akan melakukan pembiakan baik secara generatif maupun vegetatif.
Pembiakan tanaman dapat terjadi secara alami terutama pembiakan secara generatif, akan tetapi untuk pembiakan secara vegetatif akan lebih efisien bila dilakukan dengan bantuan manusia sehingga dapat memperoleh hasil yang sesuai dengan keinginan baik dalam jumlah atau kualitas yang diharapkan sebaik induknya. Pada dasarnya pembiakan secara vegetative merupakan pembiakan yang tidak mempertemukan sel jantan serta sel betina seperti pada pembiakan secara generatif. Pembiakan secara vegetatif sangat banyak macamnya salah satunya dengan cara layerage. Pembiakan dengan cara ini ada dua macam yaitu mencangkok (air layerage) dan merunduk (layerage).
Cangkok atau air layerage adalah suatu perbanyakan yang dilakukan diatas tanah dengan prinsip melukai bagian luar tanaman sampai ke xylem dengan tujuan agar akar dapat tumbuh menghasilkan anakan yang lebih dewasa sehingga diharapkan lebih cepat berbunga serta berbuah sehingga prosesnya tidak lama. Sedangan rundukan atau layerage merupakan perbanyakan dengan cara membenamkan tanaman tersebut kedalam tanah dengan cara dilengkungkan. Ada hal yang harus diingat dengan proses tersebut bahwasannya tanaman yang bisa seperti itu adalah tanaman dengan perakaran yang lentur dan mudah dibengkokkan. Biasanya tanaman yang akan dibenamkan dilukai terlebih dahulu agar menstimulus akan terbentuk akar yang baru sebelum di pisahkan dari tanaman induknya.
Pembiakan tanaman tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak memenuhi syarat. Syarat dari pencangkokan diantaranya adalah harus mempunyai batang yang besar dengan diameter yang cukup. Ini bertujuan agar yang menjadi batang nantinya mempunyai daya sokong yang tinggi untuk pertumbuhan, serta nantinya bila hasil pencangkokan telah mengeluarkan akar maka tanaman tersebut mempunyai batang yang baik.

1.2  Tujuan
1.        Mengetahui dan mempelajari cara mencangkok dan merunduk.
2.        Mengetahui pertumbuhan akar cangkokan dan rundukan.
3.        Mengetahui pengaruh media cangkokan dan rundukan terhadap pembentukan sistem perakaran pada batang.



BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Pembiakan tanaman bertujuan untuk memperbanyak bibit dengan waktu yang relatif lebih cepat dengan kualitas sebaik induknya. Menurut Putri dan Sudianta (2009), perbanyakan secara generatif melalui biji memerlukan waktu yang relatif lebih lama dan seringkali tanaman tersebut sulit/tidak menghasilkan biji. Perbanyakan secara vegetatif relatif lebih mudah untuk dilakukan bila dibandingkan secara generatif. Kelebihan perbanyakan secara vegetatif antara lain tanaman baru yang dihasilkan sama dengan tanaman induk, memiliki umur yang seragam, tahan terhadap penyakit dan dalam waktu yang relatif singkat dapat dihasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak. Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan stek, yaitu pemotongan/pemisahan bagian tumbuhan agar bagian tanaman tersebut membentuk akar dan menjadi individu baru. Pembiakan vegetatif dengan cara layerage ada dua yaitu merunduk dan mencangkok.
Banyak cara yang bisa dilakukan dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif. Perbanyakan tanaman yang biasa dilakukan  adalah dengan cara cangkok. Pencangkokan dilakukan dengan langkah pertama menguliti bagian batang yang diinginkan, diusahakan batang yang digunakan tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Cara perbanyakan dengan pencangkokan dapat digunakan untuk menyediakan dan memperbanyak bahan tanam dalam jumlah yang lebih besar dari perbanyakan yang tidak menggunakan cangkok, dan hasil pebanyakan tersebut digunakan untuk pembibitan ( Pribadi, 2011).

2.1 Pembiakan Vegetatif dengan Cara Merunduk (Layerage)
Pencangkokan dengan bantuan sinar UV yang lebih dikenal dengan istilah photographing, diketahui merupakan sutu metode yang efektif untuk fungsionalisasi berbagai polimer material. Berbagai gugus fungsi dapat dimasukkan ke dalam suatu polimer (fungsionalisasi) dengan metode photographing dengan memilih jenis atau sifat yang dimiliki oleh monomer yang akan dicangkok (Suka, 2010).
Sugianto dan Hanim (2009) menjelaskan bahwa keberhasilan perundukan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain hubungan spesies antara batang atas dan batang bawah, teknik penyambungan, faktor lingkungan, serta serangan hama dan penyakit. Faktor lingkungan yang berpengaruh pada penyambungan diantaranya media tanam dan ketersediaan hara bagi tanaman. Media tanam berfungsi untuk menopang bibit, menyimpan dan menyediakan air, serta memberikan unsur hara bagi bibit. Media tanam yang baik adalah gembur, aerasi baik, porositas tinggi, mampu menahan air dan menyediakannya bagi tanaman, dan mampu menyediakan unsur hara.
Zinga (2013) menjelaskan bahwa pengaruh agroklimat zona diuji pada kelimpahan whitefly (asumsi Poisson distribusi), kehadiran hama arthropoda, kejadian penyakit dan distribusi tanaman tergantung pada skor keparahan (dengan asumsi distribusi binomial), menggunakan Model Generalized Linear dengan kemungkinan uji rasio (uji Chi-square). Tes perbandingan berpasangan digununakan berdasarkan Chi-squared untuk membandingkan kejadian global hama dan penyakit, dan persentase tanaman gejala terinfeksi dengan memotong antara zona agroklimat. Pengujian perbedaan antara zona agroklimat di proporsi sampel yang terinfeksi oleh ACMV, berdasarkan EACMV-UG dan oleh kedua virus.. Arti penting dari perbedaan antara keparahan ditentukan menggunakan non-parametrik.

2.1 Pembiakan Vegetatif dengan Cara Mencangkok (Air Layerage)
Layering Air adalah metode yang berasal oleh beberapa abad lalu Cina. Pada dasarnya ini adalah metode untuk memproduksi tanaman dari cabang udara yang tetap melekat dengan tanaman induk sementara rooting. Beberapa tanaman yang sulit untuk root, layering udara telah terbukti sebagai metode yang efektif dalam berbagai spesies sebagai sarana meningkatkan jenis mereka. Media lembab untuk rooting biasanya ditempatkan di sekitar area yang terluka cabang. Hal ini diadakan dalam posisi dengan menempatkan pembungkus sekitar pinggiran bola medium. Setelah akar tumbuh ke luar bola media, cabang akan dihapus dan ditanam dalam pot pada akar sendiri. Pertumbuhan, pembentukan dan kelangsungan hidup cabang dan bibit juga tergantung pada kualitas media tumbuh. Ada banyak media tanam komersial yang digunakan untuk meningkatkan bibit dan cabang, tetapi banyak yang mahal dan tidak tersedia secara lokal. Ada kebutuhan untuk membangun media tanam biaya yang sesuai dan rendah untuk memastikan bahwa bibit pohon bisa mencapai ukuran yang cocok untuk melapis dalam waktu satu tahun. Mengubah media tanam dengan pupuk dapat mempromosikan bibit dan bercabang pertumbuhan, pembentukan dan kelangsungan hidup (Ahmad et al., 2014)
Menurut  Purnomosidhi dkk. (2007), mencangkok adalah suatu teknik perbanyakan tanaman dengan cara merangsang pertumbuhan perakaran pada cabang pohon sehingga dapat ditanam sebagai tanaman baru. Cara merangsang pertumbuhan akar dapat dilakukan dengan mengupas kuliit luas cabang dan selanjutnya cabang yang terkupas diberi media tanah. Prastowo (2006) menjelaskan bahwa tehnik ini relatif sudah lama dikenal oleh petani dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, karena pada cara mencangkok akar tumbuh ketika masih berada di pohon induk. Keuntungan pembibitan dengan sistem cangkok: produksi dan kualitas buahnya akan persis sama dengan tanaman induknya, tanaman asal cangkok bisa ditanam pada tanah yang letak air tanahnya tinggi atau di pematang kolam ikan. Kerugian pembibitan dengan sistem cangkok: pada musim kemarau panjang tanaman tidak tahan kering, tanaman mudah roboh bila ada angin kencang karena tidak berakar tunggang, pohon induk tajuknya menjadi rusak karena banyak cabang yang dipotong, dalam satu pohon induk kita hanya bisa mencangkok beberapa batang saja, sehingga perbanyakan tanaman dalam jumlah besar tidak bisa dilakukan dengan cara ini.
Mencangkok merupakan teknik perbanyakan vegetatif dengan cara melukai atau pengaeratan cabang pohon induk dan dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar. Teknik cangkok yang diterapkan pada batang, tidak mengenal batang bawah dan batang atas. Teknik ini lebih lama dikenal oleh petani dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, karena pada cara mencangkok, akar  tumbuh ketika masih berada di pohon induk. Sistem pembiakan yang menggunakan cara cangkok memiliki keuntungan sendiri antara lain produksi dan kualitas buahnya akan persis sama dengan tanaman induknya, dan tanaman asal cangkok bisa ditanam pada tanah yang letak ai tanahnya tinggi atau pematang kolam ikan (Affianto, dkk, 2011).
Langkah-langkah perbanyakan dengan cara cangkok menurut  Osterc dan Stampar (2011)  adalah sebagai berikut:memiilih pohon induk sesuai dengan sifat-sifat yang dikehendaki, memilihlah cabang pada pohon induk yang memenuhi persyaratan pada bagian a, mengupaslah kulit cabang pada salah satu buku selebar kira-kira 4 cm, membersihkanlah kambium yang terdapat pada cabang yang telah dikupas, dan keringkanlah selama 1 hari, untuk tanaman yang bergetah keringkanlah 3-4 hari, membuatlah media berupa campuran pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 1: 2, menempelkanlah media pada cabang yang telah dikupas dan bungkuslah dengan sabut kelapa atau plastik, mengikat kedua ujung bungkusan dengan tali, menyiiramlah cangkokan secara teratur, menunggu sampai akar berkembang, memotong cangkokan di bawah bungkusan bila akar sudah banyak.
Slip (bagian yang dapat dicangkok) adalah tunas yang tumbuh pada tangkai buah, terletak berdekatan sekali dengan bagian bawah buah, biasanya tumbuh dengan berdaun lebat hanya kematangan hasilnya tidak merata. Sucker adalah tunas yang tumbuh pada bagian batang, pertumbuhan selanjutnya tampak berdaun banyak dan hasilnya agak tinggi akan tetapi kematangannya tidak merata dan dalam peneanaman cukup sukar (Ardisela, 2010).
Perbanyakan tanaman mangga pada masa ini seharusnya dipandang serius, karena kebutuhan akan mangga harus dipenuhi. Hasil yang dipengarui oleh penggunaan teknik pencangkokan pada tanaman mangga menunjukan sebuah kabar baik. Hasil yang diberikan cukup memuaskan dengan persentase keberhasilan juga besar pula, jadi perbanyakan yang diperoleh dapat dikatakan efisien dan efektif. Baru-baru ini keberhasilan epikotil grafting memiliki telah diungkapkan oleh penulis yang berbeda. Keberhasilan epikotil mencangkok tergantung pada berbagai faktor-faktor seperti suhu, relatif kelembaban, cahaya, kelembaban tanah, berbagai  keturunan, pra-defoliasi dari keturunan, panjang keturunan, usia batang bawah, waktu dan metode penyambungan dan keterampilan koruptor tersebut. Keberhasilan pencangkokan tergantung pada musim, umur batang bawah dan scion dan kultivar ( Upadhya, 2014 ).






BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat
            Praktikum Pembiakan Tanaman Pembiakan Vegetatif dengan Cara Merunduk (Layerage) dan Mencangkok (Air Layerage) dilaksanakan pada tanggal 26 September 2014 bertempat di Fakultas Pertanian Universitas Jember pukul 13.00 WIB.

3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Tanaman yang akan di stek
2. Tanaman yang akan di rundukkan
3. Serabut kelapa
4. Pupuk kompos dan tanah

3.2.2 Alat
1. Tali rafia
2. Plastik gelap
3. Botol semprot (hand sprayer)
4. Kantong kresek
5. Pengait
6. Pisau tajam (cutter) baru
7. Timba/sprayer

3.3 Cara Kerja
3.3.1 Mencangkok (Air Layerage)
1. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.
2. Memilih batang dan cabang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda.
3. Menyayat/menghilangkan kulit dan kambium pada batang atau cabang tersebut sepanjang + 10 cm.
4. Memberi media pada bagian yang luka secukupnya dengan pupuk kompos dan tanah, kemudian ditutup dengan serabut kelapa plastik.
5. Menjaga kelembaban media dengan cara menyiram air.

3.3.2 Merunduk (Layerage)
1. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.
2. Memilih batang dan cabang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Memilih batang tanaman yang dapat dirundukkan ke dalam tanah dan tidak patah.
3. Menyayat/menghilangkan kulit dan kambium pada batang atau cabang pada bagian ujung tanaman tersebut sepanjang + 10 cm.
4. Memberikan media tanam yang dibenamkan ke dalam tanah dan kompos sedalam 3-5 cm.
5. Menjaga kelembaban media dengan cara menyiram air.



DAFTAR PUSTAKA

Affianto, A., S. Danarto., I. Bantara., N.J. Adi., dan R. Sanyoto. 2011. Teknik Persemaian dan Perbanyakan tanaman (Vegetatif & Generatif). Indonesian Forestry and Governence Institute: Yogyakarta.

Ahmad, S., F. Wahid, M. Sajid, I. Hussain, S. Ahmed, N, Ahmad, K.Zeb, A. A. Awan, dan N. Ahmed. 2014. Propagation of Olive Cultivars through Air Layerage. Agriculture and Veteriany Science, 7(2): 121-125

Ardisela, D. 2010. Pengaruh Dosis Rootone-F TerhadapPertumbuhan Crown Tanaman Nenas (Ananas comosus). Agribisnis dan Pengembangan Wilayah,1(2): 58-62.

Osterc, G., dan F. Stampar. 2011. Difference in Endo/Eogenous Auxsin Profile in Cuttings of Different Physiological Ages. Plant Physiology, 168: 2088-2092.

Prastowo, N. H., J. M. Roshetko, G. E. S. Maurung, E. Nugraha, J. M. Tukan, F. Harum. 2006. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF) dan Winrock Internasional.

Pribadi, A. Illa Anggraeni. 2011. Pengaruh Temperatur dan Kelembaban Terhadap Tingkat Kerusakan Daun Jabon (Anthocephalus cadamba) Oleh Artrochista hilaralis. Penelitian Hutan Tanaman, 8(1): 1- 7.

Purnomosidhi, P., Suparman, J. M. Roshetko, dan Mulawarman. 2007. Perbanyakan dan Budidaya Tanaman Buah-Buahan: Durian, Mangga, Jeruk, Melinjo, dan Sawo. Bogor: ICRAF.

Putri, D. M. S. dan I. N. Sudianta. 2009. Aplikasi Penggunaan ZPT pada Perbanyakan Rhododendron javanicum Benn. (Batukau, Bali) Secara Vegetatif (Setek Pucuk). Biologi, 13(1): 17-20.

Sugianto dan H. Hanim. 2009. Pengaruh Kompisisi Media Pembibit dan Dosis Pupuk NPK pada Pertumbuhan Bibit Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) dengan Penyambungan. Agrotropika, 14(2): 43-48.

Suka, I. G. 2010. Kopolimerisasi Cangkok (Graft Copolimerization) N-Isopropilakrilamida pada Film Selulosa yang Diinduksi Oleh Sinar Ultra Violet dan Karakterisasinya. Makara Sains, 14(1): 1 – 6.

Upadhya,  B. Baral, D, B. Gautam, D. M. Shresta, S. M. 2014. Influence of Rootstock Age and Pre-Defoliation of Scion on the Success of Epicotyl Grafting of Mango. Reseach, 1(7):172-182.

Zinga, I., F. Chiroleu, J. Legg, P. Lefeuvre, E. K. Komba, S. Semballa, S. P. Yandia, N. B. Mandakombo, B. reynaud, dan J. M. Lett. 2013. Epidemiological Assessment of Cassava Mosaic Disease in Central African Republic Reveals the Importance of Mixed Viral Infection and Poor Health of Plant Cuttings. Crop Protection, 44: 6-12.




BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 4.1.1 Hasil pengamatan Air Layerage
Media Tanam
Perlakuan Pembungkus
Ulangan/ Kelompok
Parameter Pengamatan
Jumlah akar
Panjang akar (cm)
Kompos + Tanah
Serabut Kelapa
1
Kalus
0
2
Kalus
0
3
0
0
4
0
0
5
0
0
6
0
0
Rerata


Kompos + Tanah
Plastik
Gelap
1
Kalus
0
2
Kalus
0
3
Kalus
0
4
Kalus
0
5
Kalus
0
6
Kalus
0
Rerata



Tabel 4.1.2 Hasil Pengamatan Layerage
Perlakuan Media Tanam
Ulangan/ Kelompok
Parameter Pengamatan
Jumlah akar
Panjang akar (cm)
Tanah
1
0
0
2
0
0
3
4
2,4
Rerata
4
2,4
Tanah + Kompos
1
2 kalus
0
2
0
0
3
0
0
Rerata
0
0
4.2 Pembahasan
Pembiakan tanaman dapat terjadi secara alami terutama pembiakan secara generatif, akan tetapi untuk pembiakan secara vegetatif akan lebih efisien bila dilakukan dengan bantuan manusia sehingga dapat memperoleh hasil yang sesuai dengan keinginan baik dalam jumlah atau kualitas yang diharapkan sebaik induknya. Pada dasarnya pembiakan secara vegetative merupakan pembiakan yang tidak mempertemukan sel jantan serta sel betina seperti pada pembiakan secara generatif. Pembiakan secara vegetatif sangat banyak macamnya salah satunya dengan cara layerage. Pembiakan dengan cara ini ada dua macam yaitu mencangkok (air layerage) dan merunduk (layerage).
Menurut  Purnomosidhi dkk. (2007), mencangkok adalah suatu teknik perbanyakan tanaman dengan cara merangsang pertumbuhan perakaran pada cabang pohon sehingga dapat ditanam sebagai tanaman baru. Sedangan rundukan atau layerage merupakan perbanyakan dengan cara membenamkan tanaman tersebut kedalam tanah dengan cara dilengkungkan. Ada hal yang harus diingat dengan proses tersebut bahwasannya tanaman yang bisa seperti itu adalah tanaman dengan perakaran yang lentur dan mudah dibengkokkan. Biasanya tanaman yang akan dibenamkan dilukai terlebih dahulu agar menstimulus akan terbentuk akar yang baru sebelum di pisahkan dari tanaman induknya.
Kegiatan mencangkok dan merunduk tidak seterusnya akan lancar memunculkan akar tanaman. Ada beberapa hal yang mempengaruhi leberhasilan dari mencangkok maupun merunduk, antara lain keberadaan gangguan oleh hama dan gulma, temperetur, kelembaban, pH, curah hujan, iklim, dan lain-lain. Kelembaban sangat perlu diperhatikan karena rendah tingginya kelembaban akan berpengaruh terhadap hal-hal lain yang akhirnya mengganggu aktifitas tanaman. Saat membuat media tanam juga perlu memperhatikan kelembabannya. Kelembaban pada media tanam yang terlalu tinggi akan membuat media tanam dapat terserang jamur atau malah membuat batang busuk. Kelembaban juga dapat memunculkan masalah yang berkaitan dengan munculnya hama. Pada kondisi kelembaban rendah, tanaman akan lebih mudah terserang OPT, sehingga pertumbuan tanaman perundukan terganggu (Pribadi dan Anggraini, 2011).
Mencangkok memiliki tahapan atu langkah-langkah dalam membuatnya. Hal-hal seperti memilih bahan yang baik an sesuai cukup menyulitkan karena untuk melukai tanaman dengan benar tidaklah mudah. Berikut cara pencangkokan yang baik secara umum menurut Prastowo dkk, (2006):
Memilih bahan atau pohon yang akan dicangkok, kriteria yang tepat biasanya terdiri dari; tanamannya harus sehat, tidak terdapat kecacatan pada tanaman yang akan dicangkok, batang yang akan dicangkok harus lurus dan berdiameter kurang lebih 2 – 4 cm, batang atau cabang dari pohon yang akan dicangkok tidak terlalu tua dan juga tida terlalu muda, dan tanaman tidak dalam massa berbunga. Menyiapkan media cangkokan yang sesuai dengan ketentuan yang baik harus dilakukan agar cangkokan memilki tingkat keberhasilan yang besar. Media yang digunakan biasanya capuran dari kompos dan tanah dari bagian top soil. Penggunaan media tersebut bertujuan agar ketersediaan hara untuk calon akar. Praktikum kali ini menggunkan media tambahan berupa pasir, hal ini juga berdampak pada hal persiapan hara untuk calon akar. Pencampuran media juga harus disiram menggunakan air untuk mengkondisikan tanah pada kapasitas lapang. Setelah tanaman ditentukan dan media telah dibuat dengan baik, proses penyayatan pada batang tanamanyang akan diangkok harus segera dilakukan. Penyayatan dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam, dengan ukuran panjang penyayatan 5 cm. Setelah kulit batang tanaman yang dicangkok disayat dan dihilangkan kulit serta kambiumnya, pemberian ZPT atau zat pengatur tumbuh harus dilakukan agar membantu dan merangsang pertumbuhan akar pada batang. Pemasangan media cangkokan harus segera dilakukan agar pemberian ZPT tidak mubadzir atau sia-sia. Pemberian media cangkkan dapat dibungkus dengan plastik berwarna hitam atau serabut kelapa. Pemilihan plastik dan serabut kelapa tidak didasari dengan tanpa alasan. Plastik berwarna hitam dipilih karena plastik hitam akan menghindarkan cangkokan dari sinar matahari yang dapat merusak akar muda yang akan tumbuh, sedangkan serabut kelapa digunakan agar cangkokan dapat mendapatkan oksigen dengan baik, sehingga akan memberikan pengaruh positif pada cangkokan. Pembungkusan menggunakan plastik harus dilakukan dalam dua kali ulangan dengan arah berbeda. Setelah pembungkusan media cangkokan dilakukan dengan benar. Pembungkus harus segera diikat dengan erat. Biasanya pengikatan menggunakan tali rafia atau sejenisnya. Khusus untuk cangkokan yang telah dibungkus dengan plastik hitam, harus diberi perlakuan tambahan dengan membarikan ruang udara pada plastik pembungkus atau mudahnya cangkokan yang terbungkus plastik hitam harus ditusuk-tusuk hingga terdapat lubang yang akan berguna sebagai lubang udara untuk udara yang keluar dan masuk serta masuknya air dan keluarnya akar saat tumbuh. Setelah itu, cangkokan harus segera disiram untuk menjaga kelembaban dan memberikan pelarut untuk hara dialam cangkokan. Persyaratan yang tidak boleh ditinggalkan adalah pembuatan cangkok dalam jumlah banyak tidak boleh dilakukan pada satu pohon sekaligus, karena dapat mengganggu pertumbuhan pohon bahkan resiko terburuknya dapat merusak dan membuata pohon mati.
Teknik lain yaitu dengan cara merunduk namun teknik ini jarang digunakan pada tanaman buah yang batangnya merupakan tipe batang berkayu. Penggunaan teknik ini lebih banyak pada taman-tanaman yang memilki batang yang panjang dan tinggi tanaman dari permkaan tanah tidak terlalu tinggi. Langkah-langkah untuk merundukkan tanaman dengan benar adalah sebagai berikut:
Pemilihan tanaman hampir serupa dengan pemilihan tanaman pada teknik mencangkok, tetapi ada tambahan pada pemilihan tanaman. Bagian tanaman yang dapat dirundukkan bukan hanya batang melainkan juga akar. Untuk cabang, cabang yang dipilih harus dapat dibengkokkan kebawah menyentuh tanah. Cabang tanaman yang dipilih juga jangan yang terlalu tua dan jangan terlalu muda, agar dalam pengelupasan kulit dan penghilangan kambium tidak mengalami kesulitan. Jika pada akar hanya dapat diterapkan pada akar udara atau akar yang terdapat dipermukaan tanah. Panjang pengelupasan kulit harus disesuaikan dengan diameter batang atau akar. Panjang pengelupasannya dapat dikira-kira dengan memperhatikan kekuatan batang atau akar yang akan dirundukkan. Semua hal tadi harus diperhatikan agar keberhasilan perundukan dapat tinggi. Pembuatan media tanama juga sama dengan pembuatan media pada teknik cangkok, tetapi dikarenakan teknik merunduk ini menggunakan media tanam, jadi media tanam diletakkan pada polibag berlainan sebagai cara untuk mempermudah pemisahan tanaman baru hasil perundukan. Cabang atau akar yang telah dikelupas dan dihilangkan kambiumnya diberi ZPT untuk merangsang tumbuhnya akar. Kemudian batang atau akar segera dirundukkan dengan kedalaman pananaman 3 – 5 cm, untuk menjaga batang atau akar agar tetap berada didalam tanah, batanag atau akar harus di beri penahan berupa pengait dan kemudian dipendam dengan media tanam hingga batang atau akar yang dilukai dapat tertutupi oleh tanah. Setelah akar tumbuh potong batang yang berada pangkal atau belakang akar perundukan.  Waktu pemotongan akan berpengaruh pada kecapatan berbunga pada tanaman hasil perundukan. Tanaman yang dipotong 5 minggu setelah tanam akan lebih cepat melakukan pembungaan dibandingkan dengan pemotongan 8 minggu setelah tanam (Prastowo dkk, 2006).
Pada praktikum pembiakan vegetatif dengan cara cangkok dan merunduk ini menggunakan tanaman durian untuk kegiatan mencangkok dan tanaman melati untuk perlakuan merunduk. Media tanam yang digunakan untuk tanaman durian adalah campuran tanah dengan kompos. Perlakuan yang digunakan adalah pembungkus yang berasal dari serabut kelapa dan plastik gelap masing-masing dilakukan sebanyak 6 ulangan dengan parameter pengamatan berdasarkan jumlah akar dan panjang akar. Pada tanaman durian yang dibungkus dengan serabut kelapa tidak ada yang tumbuh akar namun pada ulangan ke-1 dan ke-2 tumbuh kalus, sedangkan pada perlakuan dibungkus plasstik gelap tidak ada yang tumbuh kalus akan tetapi semua ulangan ditumbuhi dengan kalus. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman durian yang dibungkus dengan plastik gelap lebih cepat menghasilkan kalus dibandingkan dengan menggunakan serabut kelapa. Semua perlakuan tidak tumbuh akar karena waktu satu bulan masih kurang untuk tanaman durian yang memang pertumbuhan akarnya kurang cepat dibanding jenis tanaman lain seperti jambu, mangga, dsb.
Pada praktikum perundukan tanaman melati dilakukan dengan dua perlakuan yaitu media tanam hanya tanah tanpa campuran apapun dan tanah yang dicampur dengan kompos. Setiap perlakuan tersebut dilakukan maasing-masing 3 ulangan. Parameter pengamatan yang digunakan adalah banyaknya akar yang muncul dari batang yang dirundukkan dan panjang akar yang tumbuh. Pada perlakuan tanah ulangan ke 3 tumbuh akar sebanyak 4 dan panjang akarnya 2,4 sedangkan ulangan 1 dan 2 tidak tumbuh akar. Perlakuan media tanam tanah yang dicampuri kompos tidak menghasilkan akar namun pada ulangan 1 menghasilkan kalus.
Penggunaan media tanam kompos, pasir, dan tanah ada praktikum kali ini bertujuan untuk menciptakan tanah yang sesuai dengan tanaman. Komposisi ini berkaitan dengan ketersediaan air dalam tanah. Jika tanah terlalu berlempung akan menyusahkan akar untuk tumbuh dengan baik dalam tanah tersebut agar ruang pori tanah mencukupi kebutuhan tanah akan ruang gerak, air, dan nutrisi yang berasal dari kompos. Selain sebagai pemenuhan nutrisi tanaman, kompos juga dapat menggemburkan tanah sehingga tanah tidak begitu padat dan subur, sedangkan pasir membantu memberikan ruang makro tanah. Sebaliknya jika tanah terlalu banyak kandungan pasir menandakan agregat tanah lebih besar. Pori makro tanah yang semakin banyak akan membuat air cepat hilang melewati lapisan tanah atau lolos. Jika air cepat lolos dari tanah maka tanaman tidak dapat mengambil air, dan unsur dalam tanah yang seharusnya dilarutkan oleh air menjadi tidak larut sehingga tanaman tidak dapat mengambil nutrisi yang dibutuhkan.
Penggunaan pembungkus dalam pencangkokan yang berisi tanah tersebut ada 2 yakni menggunakan serabut kelapa dan plastik hitam. Fungsi dari penggunaan pembungkus serabut kelapa karena serabut kelapa dapat menyimpan air dengan baik sehingga terdapat cadangan air di serabut kelapa sedangkan penggunaan plastik hitam bertujuan untuk menghalangi masuknya sinar matahari yang dapat mengaktifkan hormon auksin pada tanaman. Praktikum  ini dilakukan saat musim kemarau dengan ketinggian pohon + 5 meter. Penggunaan serabut kelapa menyebabkan air terserap ke serabut kelapa ehingga jangkauan batang yang dilukai untuk mengambil air lebih sulit, selain itu karena adanya panas dari sinar matahari air dalam media tersebut menguap melalui pori serabut kelapa. Sebaliknya pada media pembungkus plastik gelap tidak terjadi penguapan karena plastik tidak memiliki celah, hal ini lah yang memungkinkan hasil pada praktikum kali ini lebih banyak kalus yang tumbuh pada media yang dibungkus dengan plastik gelap.





BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1.      Mencangkok atau air layerage adalah suatu teknik perbanyakan tanaman dengan cara merangsang pertumbuhan perakaran pada cabang pohon sehingga dapat ditanam sebagai tanaman baru.
2.      Rundukan atau layerage merupakan perbanyakan dengan cara membenamkan tanaman tersebut kedalam tanah dengan cara dilengkungkan.
3.      Pada praktikum ini perlakuan tanah dan kompos dengan penutup plastik gelap lebih baik dibanding dengan serabut kelapa.

5.2 Saran

            Kegiatan praktikum pembiakan tanaman secara vegetatif dengan cara mencangkok dan merunduk ini tidak berjalan dengan baik. Sebaiknya acara ini dipersiapkan lagi dengan baik untuk alat dan bahan dan juga penjelasan yang disertai dengan contoh langsung.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar