Rabu, 26 November 2014

Laporan Praktikum Pembiakan Tanaman Stek


 
  

LAPORAN PRAKTIKUM
PEMBIAKAN TANAMAN





ACARA 2

PEMBIAKAN VEGETATIF DENGAN CARA STEK (CUTTAGE)


TRIA PITOYO
131510501162
GOLONGAN D / KELOMPOK 4















PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Tanaman merupakan bahan pokok untuk melakukan kegiatan dalam bidang pertanian. Bidang pertanian sendiri cukup luas yaitu mencakup perikanan, kehutanan, perkebunan, dan peternakan sehingga negara Indonesia disebut sebagai negara maritim karena memang mayoritas masyarakat Indonesia bekerja di bidang pertanian. Sedangkan dalam arti yang sempit pertanian adalah kegiatan bercocok tanam, membudidayakan, dan merawat tanaman dengan tujuan memperoleh keuntungan komersial dari produk tanaman tersebut. Jadi pertanian hanyalah kegiatan seputar tanaman dan hubungannya dengan hal-hal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya.
            Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa macamnya salah satunya dalam kerajaan tumbuhan. Sebagai contoh adalah buah-buahan seperti buah mangga. Buah mangga memiliki banyak varietas yang mana terdapat kelebihan dan kekurangan di setiap macamnya. Permintaan pasar akan varietas unggulan dengan rasa, tekstur, aroma buah yang diminta tidak sebanding dengan keadaan lapang yang tidak mampu menghasilkan buah sebanyak yang diminta. Melakukan intensifikasi lahan cukup menguras biaya input lebih dari tanaman mangga yang biasa, akhirnya sampai pada tangan konsumen dengan harga yang tinggi. Mengetahui harga mangga yang tinggi para konsumen akan merubah pikirannya untuk tidak menkonsumsi mangga jenis ini, dan dampaknya akan merugikan bagi para pedagang, tengkulak, dan juga petani akan menerima harga jual yang sangat murah dan tidak mendapat keuntungan.
            Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan cara pembiakan tanaman. Cara pembiakan tanaman dibagi menjadi dua yaitu secara generatif dan secara vegetatif. Pembiakan tanaman secara generatif dilakukan oleh tanaman itu sendiri, peran petani hanya memberikan hormon agar tumbuhan cepat berbunga agar segera mengalami fase generatif namun hal ini lebih mahal dan akan menambah input berlebih. Cara yang lain adalah pembiakan tanaman secara vegetatif yaitu dengan mengambil bagian dari tanaman unggul atau pilihan untuk dibiakkan. Agar didapatkan bibit yang unggul ada berbagai macam salah satunya adalah dengan cara stek atau cutting. Prinsip kerja dari stek ini sendiri adalah menumbuhkan potongan tanaman sehingga dihasilkan bibit yang sama peris seperti induknya. Pembiakan vegetatif dengan cara stek lebih praktis dan dapat menghasilkan banyak bibit dengan biaya yang murah.  

1.2 Tujuan
1.    Mengetahui dan mempelajari cara-cara penyetekan.
2. Mengetahui pengaruh komposisi media tanam terhadap keberhasilan pembentukan sistem perakaran pada stek batang.



BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Prastowo dkk. (2006), setek (cutting atau stuk) atau potongan adalah menumbuhkan bagian atau potongan tanaman, sehingga menjadi tanaman baru. Keuntungan bibit dari setek yaitu tanaman buah-buahan tersebut akan mempunyai sifat yang persis sama dengan induknya, terutama dalam hal bentuk buah, ukuran, warna dan rasanya, tanaman asal setek ini bisa ditanam pada tempat yang permukaan air tanahnya dangkal, karena tanaman asal setek tidak mempunyai akar tunggang, perbanyakan tanaman buah dengan setek merupakan cara perbanyakan yang praktis dan mudah dilakukan, setek dapat dikerjakan dengan cepat, murah, mudah dan tidak memerlukan teknik khusus seperti pada cara cangkok dan okulasi. Sedangkan kerugian bibit dari setek yaitu perakaran dangkal dan tidak ada akar tunggang, saat terjadi angin kencang tanaman menjadi mudah roboh, apabila musim kemarau panjang, tanaman menjadi tidak tahan kekeringan.
Purnomosidhi dkk. (2007) menjelaskan bahwa perbanyakan dengan cara stek adalah perbanyakan tanaman dengan menumbuhkan potongan/bagian tanaman seperti akar, batang atau pucuk sehingga menjadi tanaman baru. Stek pucuk umum dilakukan untuk perbanyakan tanaman buah-buahan. Secara garis besar, langkah-langkah perbanyakan stek pucuk adalah sebagai berikut: memilih pohon induk yang dikehendaki sebagai sumber pengambilan stek, memilih disesuaikan dengan sifat yang dikehendaki, menurut tujuan pertanaman, memilih cabang dari pohon induk yang sesuai dengan persyaratan untuk bahan stek, memotong cabang yang terpilih dengan arah potong serong atau miring, memangkas daun sehingga tersisa sepasang daun, memotong daun yang tersisa sehingga tertinggal 1/3 – 1/2 bagian, merendam pangkal stek dengan zat perangsang (misalnya Rootone F) untuk merangsang pertumbuhan akar stek, menanam stek dalam polibag yang telah diisi dengan media, menempatkan polibag dalam naungan, menyiram dengan air secukupnya dan teratur.
Perbanyakan tanaman dengan stek merupakan cara pembiakan tanaman dengan sederhana, cepat dan tidak memerlukan teknik tertentu(khusus). Bagi penangkar tanaman hias, pembiakan dengan cara stek ini mempunyai arti yang sangat penting, sebab dengan material (bahan tanaman) yang sangat sedikit dapat dihasilkan jumlah bibit yang benyak. Di samping itu, bibit tanaman akan seragam dalam ukuran tinggi, umur dan ketahanan terhadap penyakit (Rukmana, 1995).
Menurut Baletri (2012), ada dua utama sumber bahan tanam untuk restorasi: stek (batang, rimpang atau tunas) yang diperoleh penipisan berdiri mapan, dan benih. Penanaman stek memiliki kelebihan tertentu atas unggulan menabur untuk program skala besar. Stek dapat diambil secara teoritis sepanjang tahun dari saham alami, sementara benih yang tersedia dalam waktu yang relatif singkat dan untuk beberapa spesies tidak selalu kecukupan pasokan benih. Selain itu, tanaman regenerasi dari stek klon genetik dari saham induknya, sehingga mereka dapat kembali diperkenalkan dengan aslinya habitat asli tanpa mengubah integritas genetik dari populasi. Meskipun berpotensi efisien, sistem ini dibatasi dalam praktek oleh ketidakmampuan stek beberapa spesies untuk mengembangkan terstruktur dengan baik sistem akar cepat setelah tanam.
Sumber bahan stek yang terbaik dijumpai pada tunas akar karena hormon auksin terdapat pada ujung akar sehingga mempercepat terjadinya proses pembentukan akar dan tunas.Konsentrasi auksin yang baik dijumpai pada konsentrasi auksin 0,50 ppm dan 0,75 ppm. Penambahan konsentrasi auksin yang tepat dapat berpengaruh terhadap setimbangnya hormon pada stek yang dapat tmempercepat terbentuknya tunas. Kombinasi perlakuan terbaik adalah sumber bahan stek tunas akar dan konsentrasi auksin 0,50 ppm (Halimursyadah, dkk., 2014).
Zinga (2013) menjelaskan bahwa pengaruh agroklimat zona diuji pada kelimpahan whitefly (asumsi Poisson distribusi), kehadiran hama arthropoda, kejadian penyakit dan distribusi tanaman tergantung pada skor keparahan (dengan asumsi distribusi binomial), menggunakan Model Generalized Linear dengan kemungkinan uji rasio (uji Chi-square). Tes perbandingan berpasangan digununakan berdasarkan Chi-squared untuk membandingkan kejadian global hama dan penyakit, dan persentase tanaman gejala terinfeksi dengan memotong antara zona agroklimat. Pengujian perbedaan antara zona agroklimat di proporsi sampel yang terinfeksi oleh ACMV, berdasarkan EACMV-UG dan oleh kedua virus.. Arti penting dari perbedaan antara keparahan ditentukan menggunakan non-parametrik.
Jenis bahan stek dari jaringan tanaman yang masih muda lebih mudah terbentuk akar daripada bahan stek dari jaringan yang sudah tua. Fenomena ini sering terjadi pada stek tanaman hutan, termasuk pada jenis surian (T. sinensis) ini. Pembuatan stek surian dari bahan stek batang tanaman sudah tua (>5tahun) sulit tumbuh akar, sedangkan dengan menggunakan bahan stek dari batang bibit yang masih muda (umur 3 bulan) mudah terbentuk akar. Penurunan kemampuan berakar pada jaringan tanaman tua kemungkinan karena berkurangnya kandungan senyawa fenol yang berfungsi sebagai kofaktor auksin, selain itu pada jaringan tua telah terbentuk jaringan schlerenchym yang sering menghambat inisiasi akar adventif. Bahan stek pada umur muda memiliki juvenilitas tinggi serta kandungan auksin dan sitokinin yang tinggi pula sehingga pertumbuhan akar pada stek batang bibit akan mudah terbentuk.
Akar merambat di antara struktur batang stek shea. Stek set dengan petioles dipertahankan adalah yang terbaik untuk perakaran. Mengairi sekali pada stek dalam struktur, terutama di bin merambat mencatat rooting tinggi. Zat tumbuhan seperti gula dan jumlah fenol gratis memainkan peran yang sangat penting dalam perakaran stek batang. Tingkat infeksi rendah ketika stek dengan petioles sisa yang diairi sekali sehari. The Seradix Hormon meningkatkan kinerja perakaran batang stek shea. Ketika petioles dipertahankan pada stek, tingkat gula larut dan tidak larut dan fenol yang tinggi. Hal ini juga diamati untuk mengairi sekali, yang memberikan tingkat yang lebih tinggi (Yeboah, 2011).
Pergerakan auksin pada tanaman bergerak secara polar dari ujung tajuk menuju akar, sebaliknya pergerakan sitokinin dari ujung akar ke ujung tajuk. Pola translokasi hormon tersebut dapat menyebabkan adanya perbedaan kandungan hormon pada batang bibit, sehingga diduga akan mempengaruhi pertumbuhan akar apabila bahan stek diambil dari bagian pangkal bibit, tengah dan ujung. Sebagian hasil fotosintat juga ditranslokasi ke bagian batang sehingga dapat bermanfaat dalam pembentukan kallus pada stek batang. Diduga ada kaitan yang erat antara posisi bagian batang bibit dengan kemapuan pembentukan akar stek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stek yang berasal dari bagian pangkal bibit memiliki jumlah dan panjang akar paling besar. Terdapat korelasi yang sangat erat antara posisi bagian pangkal, tengah dan ujung batang bibit dengan jumlah akar primer dan sekunder (Hidayat, 2010).
Sebuah analisis yang lebih rinci metabolisme auksin selama induksi akar dan inisiasi akar remaja dan bahan matang akan bermanfaat untuk pemahaman yang lebih baik dari proses pematangan. Osterc dan Stampar (2011) mengatakan bahwa 3 tanaman induk yang berbeda usia fisiologisnya: pohon 40 tahun (fase dewasa), tanaman diperbanyak dengan stek (fase semi-matang) dan pada tanaman vitro (fase juvenile), digunakan untuk memotong daun panen. Akibatnya,  metabolisme eksogen bisa memeriksa diterapkan auksin, juga dibandingkan dengan endogen satu demi eksogen aplikasi IBA,
yang jarang dilakukan.
Pertumbuhan akar baru pada stek dipengaruhi oleh ketersediaan hormon auksin pada bahan stek. Pada tanaman auksin banyak terbentuk pada tunas baru. Terdapat konsentrasi IAA yang lebih tinggi pada kuncup yang sedang tumbuh dibandingkan pada kuncup yang tidak sedang tumbuh. Pemberian auksin dalam konsentrasi yang sangar rendah akan memacu pemanjangan akar bahkan pertumbuhan akar utuh dan pada konsentrasi yang lebih tinggi pemanjangan hampir selalu terhambat. Pada pengamatan seluruh parameter menunjukkan pertumbuhan stek pucuk jauh lebih baik dibandingkan dengan stek batang pada setiap konsentrasi ZPT yang diberikan. Kondisi ini menunjukkan bahwa tidak adanya interaksi yang terjadi antara bahan stek dengan konsentrasi ZPT yang diberikan (Supriyanto dan Prakasa, 2011).
Pada perbanyakan secara vegetatif dengan stek, pemberian ZPT dimaksudkan untuk merangsang dan memacu terjadinya pembentukan akar stek. Sehingga perakaran stek akan lebih baik dan lebih banyak. Air kelapa telah lama dikenal sebagai salah satu sumber ZPT terutama sitokinin, auksin dan giberelin. Sehingga cukup berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai salah satu sumber ZPT alami yang ramah lingkungan, murah dan mudah didapat. Pertumbuhan serta perkembangan akar dan tajuk dari stek lada (cabang orthotop) dapat ditingkatkan degan perendaman stek selama 8 jam dalam 25% air kelapa muda, dan untuk stek lada perlu (dari cabang plagiotrop) direndam dalam 25-50 % air kelapa selama 12 jam.
Pada perbanyakan secara vegetatif, pemberian ZPT pada stek dimaksudkan untuk merangsang dan memacu pembentukan akar stek, sehingga akar stek menjadi lebih cepat terbentuk dan lebih banyak. Perendaman stek dalam 25% air kelapa selama 8 jam mampu meningkatkan jumlah akar per bibit stek lada sebesar 16,4% dibandingkan kontrol, dengan demikian, semakin banyak jumlah akar per bibit stek lada sebesar 16,4% dibandingkan kontrol. Dengan demikian, semakin banyak jumlah akar bibit stek lada yang terbentuk, maka kemungkinan akar bibit untuk dapat diinfeksi oleh CMA akan semakin besar/banyak, dan ini berarti meningkatkan persentase infeksi akar oleh CMA. Kemudian, semakin cepat inisiasi akar terjadi maka kemungkinan CMA untuk menginfeksi akar bibit stek lada juga akan semakin cepat. Selanjutnya persentase dan intensitas pada akar bibit ini akan terus meningkat dengan meningkatnya pertumbuhan bibit stek lada bersama waktu/umur bibit (Aguzen, 2009).





BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat
            Praktikum Pembiakan Tanaman Pembiakan Vegetatif dengan Cara Stek (Cuttage) dilaksanakan pada tanggal 26 September 2014 bertempat di Fakultas Pertanian Universitas Jember pukul 13.00 WIB.

3.2 Bahan dan ALat
3.2.1 Bahan
1. Tanaman yang akan di stek
2. Media pasir steril
3. Kompos
4. Tanah

3.2.2 Alat
1. Gelas air mineral
2. Pisau tajam (cutter) baru
3. Botol semprot (hand sprayer)
4. Kantong kresek

3.3 Cara Kerja
3.3.1 Stek Batang
1. Menyiapkan bahan media tanam dan alat yang diperlukan.
2. Mencampur media tanam pasir : kompos : tanah perbandingan 1 : 1 : 1.
3. Memasukkan media tanam ke dalam gelas mineral dengan volume 2/3 bagian dari dasar gelas mineral.
4. Memilih bahan stek dengan perlakuan pemotongan bagian batang yang agak muda dengan kemiringan 45o dan 180o ukuran + 10 cm.
5. Menjaga kelembaban tanah dengan melakukan penyiraman menggunakan hand sprayer.

3.3.2 Stek Daun
1. Menyiapkan bahan media tanam dan alat yang diperlukan.
2. Membuat perlakuan media tanam menjadi beberapa komposisi sebagai berikut:
a. Mencampur Pasir : Kompos : Tanah perbandingan 1 : 1 : 1
b. Mencampur Kompos : Tanah perbandingan 1 : 1
3. Memasukkan media tanam ke dalam gelas mineral dengan volume 2/3 bagian dari dasar gelas mineral.
4. Memilih bahan stek dengan memotong bagian daun dengan kemiringan 180o.
5. Menjaga kelembaban tanah dengan melakukan penyiraman menggunakan hand sprayer.



DAFTAR PUSTAKA

Aguzaen, H. 2009. Respon Pertumbuhan Bibit Stek Lada (Piper Nisrum L.) Terhadap Pemberian Air Kelapa dan Berbagai Jenis CMA. AgronobiS, 1(1): 36-47.

Balestri, E., F. Vallerini, A. Castelli, dan C. Lardicci. 2012. Application of Plant Growth Regulators, A Simple Technique for Improving The Establishment Success of Plant Cuttings in Coastal Dune Restoration. Estuarine, Coastal and Shelf Science, 99: 74-84.

Halimursyadah, Hasanuddin, dan Nurfdillah. 2014. Perbanyakan Vegetatif Nanas (Annanas comusus L. Merr) dari Sumber Stek Berbeda dan Konsentrasi Auksin. AgrIBA, 2: 99-106.

Hidayat, Y. 2010. Pertumbuhan Akar Primer, Skunder, dan Tersier Stek Batang Bibit Surian. Wana Mukti Forestry Research, 10(2): 1-8.

Osterc, G., dan F. Stampar. 2011. Difference in Endo/Eogenous Auxsin Profile in Cuttings of Different Physiological Ages. Plant Physiology, 168: 2088-2092.

Prastowo, N. H., J. M. Roshetko, G. E. S. Maurung, E. Nugraha, J. M. Tukan, F. Harum. 2006. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF) dan Winrock Internasional.

Purnomosidhi, P., Suparman, J. M. Roshetko, dan Mulawarman. 2007. Perbanyakan dan Budidaya Tanaman Buah-Buahan: Durian, Mangga, Jeruk, Melinjo, dan Sawo. Bogor: ICRAF.

Rukmana, R. 1995. Bugenfil. Yogyakarta: Kasinus.

Supriyanto dan K. E. Prakasa. 2011. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Rootane-F terhadap Pertumbuhan Stek Duabanga mollucana. Blume. Silvikultur Tropika, 3(1): 59-65.

Yeboah, J., S.T. Lowor., F.M. Amoah., dan F. Owusu-Ansah. 2011. Propagating Structures And Some Factors That Affect The Rooting Performance Of Shea (Vitellaria paradoxa gaertn) Stem Cuttings. Agriculture and Biology Journal Of North America, 2(2): 258-269.

Zinga, I., F. Chiroleu, J. Legg, P. Lefeuvre, E. K. Komba, S. Semballa, S. P. Yandia, N. B. Mandakombo, B. reynaud, dan J. M. Lett. 2013. Epidemiological Assessment of Cassava Mosaic Disease in Central African Republic Reveals the Importance of Mixed Viral Infection and Poor Health of Plant Cuttings. Crop Protection, 44: 6-12.



BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Stek (Cuttage)
Bahan Tanam
Perlakuan
Ulangan/ Kelompok
Parameter Pengamatan
Jumlah akar
Panjang akar (cm)
Batang
Dipotong
 1800
1
Kalus
0
2
0
0
3
Kalus
0
4
0
0
5
Kalus
0
6
0
0
Dipotong
450
1
Kalus
0
2
0
0
3
Kalus
0
4
Kalus
0
5
0
0
6
0
0
Daun
Media pasir: kompos: tanah
(1:1:1)
1
41
3,1
2
9
1,3
3
5
0,4
4
20
1,1
5
28
1,5
6
0
0
Media kompos: tanah (2:1)
1
26
1,5
2
20
1,5
3
15
0,83
4
38
1,9
5
38
1,3
6
20
1,3


4.2 Pembahasan
Menurut Prastowo dkk. (2006), setek (cutting atau stuk) atau potongan adalah menumbuhkan bagian atau potongan tanaman, sehingga menjadi tanaman baru. Keuntungan bibit dari setek yaitu tanaman buah-buahan tersebut akan mempunyai sifat yang persis sama dengan induknya, terutama dalam hal bentuk buah, ukuran, warna dan rasanya, tanaman asal. Sumber bahan stek yang terbaik dijumpai pada tunas akar karena hormon auksin terdapat pada ujung akar sehingga mempercepat terjadinya proses pembentukan akar dan tunas.Konsentrasi auksin yang baik dijumpai pada konsentrasi auksin 0,50 ppm dan 0,75 ppm (Halimursyadah, dkk., 2014).
Teknik perbanyakan dari pembiakan vegetatif dengan cara stek ini menggunakan bagian tanaman seperti batang, cabang, daun, umbi, dan akar. Stek batang/cabang merupakan teknik stek atau perbanyakan tanaman menggunakan batang atau cabang dari tanaman yang akan diperbanyak. Stek daun, umbi, atau akar prinsipnya sama dengan stek batang atau cabang hanya bagian yang digunakan menyesuakan dengan nama steknya misalnya stek daun berarti stek menggunakan daun dari tanaman tersebut. Stek yang banyak digunakan adalah stek batan atau cabang dan stek daun, karena bagian tanaman ini akan lebih mudah tumbuh dengan cara pembanyakan vegetatif stek. Stek akar dan umbi jarang digunakan karena tidak memiliki percabangan dan perbanyakan seperti pada batang dan daun.
Praktikum perbanyakan vegetatif dengan cara stek menggunakan tanaman melati dan tanaman lidah mertua. Pada tanaman melati digunakan batangnya dan pada tanaman lidah mertua digunakan daunnya. Masing-masing tanaman dibuat dua perlakuan yaitu dipotong lurus (1800) dan dipotong miring (450), untuk tanaman melati diberi perlakuan komposisi media tanah : kompos : pasir sebesar 1 : 1 : 1 sedangkan tanaman lidah mertua diberi 2 perlakuan media tanam yaitu komposisi tanah : kompos : pasir sebesar 1 : 1 : 1 dan komposisi media tanah : kompos sebesar 1 : 2. Tujuan dari pemotongan dengan sudut 450 dan lurus 1800 untuk membuktikan teori bahwa permukaan potongan yang semakin luas akan ditumbuhi banyak akar, pada praktikum ini pemotongan dengan sudut 450 memiliki bidang permukaan yang lebih luas dari pada ermukaan dengan sudut 1800. Masing-masing perlakuan dibuat 6 ulangan oleh kelompok 1 sampai 6.
Berdasarkan hasil pengamatan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.1 terlihat pada tanaman melati yangbagian batangnya digunakan untuk stek tidak tumbuh akar sama sekali namun pada perlakuan dipotong 1800 tumbuh 3 kalus pada ulangan ke-1, 3, dan ke-5 sedangkan pada perlakuan 450 tumbuh 3 kalus pada ulangan ke-1, 3, dan ke-4. Tumbuhya kalus menandakan bahwa stek yang dilakukan berhasil namun jangka waktu pengamatan kurang lama, sedangkan untuk tanaman yang tidak berhasil mungkin karena saat penanaman kurang benar dan saat perawatan tidak dilakukan dengan baik. Pada tanaman lidah mertua, semua perlakuan tumbuh akar kecuali pada perlakuan media tanah, kompos, dan pasir ulangan ke-6. Jumlah akar terbanyak dan akar terpanjang terdapat pada media tanah, kompos, dan pasir ulangan 1 yaitu sebanyak 41 akar dengan panjang 3,1 cm sedangkan untuk tanaman lain memiliki panjang akar kurang dari 2 cm dan jumlah akar kurang dari 39.
Perlakuan terbaik pada daun lidah mertua adalah pada media tanah, kompos, dan pasir karena hasil menunjukkan jumlah akar terbanyak dan akar terpanjang namun untuk rata-rata terbaik adalah tanaman lidah mertua dengan perlakuan tanah dan kompos saja, terlihat pada Tabel 4.1 semua ulangan ditumbuhi akar dengan jumlah yang relatif banyak dan psnjsng akar yang hampir sama. Hal ini dikarenakan media tanam tanah : kompos : pasir dengan perbandingan (1 : 1 : 1) memilki cukup porous, sehingga dapat memicu pertumbihan akar dan tunas. Diduga media tanam tanah : kompos : pasir dengan perbandingan (1 : 1 : 1) juga memilki kandungan EC yang besar sehingga memudahkan ion-ion untuk bergerak dan larut didalam larutan. Ion-ion yang mudah bergerak akan membuat ketersediaan ion-ion tadi cukup bahkan tinggi untuk tanaman, sehingga tanaman mudah untuk menyerap ion (Prastowo, dkk., 2006).
Hidayat (2010) menjelaskan bagian pangkal batang biit menghasilkan jumlah akar lebih banyak dibandingkan dengan bagian tengah dan ujung. Hal ini dapat dikaitkan dengan luas permukaan yang menyebabkan terjadinya perbedaan jumlah perakaran. Batang bagian pangkal yang lebih besar dibanding bagian tengah dan ujung memiliki diameter yang lebih besar pula. Penggunaan sudut pada praktikum kali ini membuat perbedaan banyak akar yang akan diperoleh karena pada dasarnya tanaman dengan luas bagian permukaan yang akan ditanam semakin luas maka akan menghasilkan akar yang lebih banyak sehingga akan mendukung pertumbuan tanaman. Tanaman akan tumbuh baik apabila terdapat akar yang banyak dan kokoh. Diameter yang lebih besar membuat luas permukaan menjadi besar pula. Luas permukaan yang telah menjadi besar akan membuat jumlah akar yang terdapat pada luas permukaan yang besar menjadi banyak. Jumlah akar akan menentukan jumlah hara yang terserap oleh tanaman begitu pula tanaman hasil stek. Sudah kita tahu semua akar merupakan media atau alat untuk tanaman mengmbil hara dalam tanah, jika semakin banyak akar yang dihasilkan oleh tanaman yang distek, maka akan semakin besar keberhasilan tanaman stek tersebut untuk tumbuh.
Proses terbentuknya akar dari tanaman yang distek dimulai dari kambium batang yang dihilangkan, sedangkan kambium memiliki peran untuk membentuk pembulluh-pembuluh tapis (floem) sekunder ke arah luar dan membentuk pembuluh kayu (xilem) sekunder ke arah dalam. Pembuangan lapisan kambium ini membuat zat-zat makanan dan segala sesuatu yang berasal dari daun hasil fotosintesis seharunya mengalir kebawah menuju akar namun disini akar sudah tidak ada sehingga zat-zat makanan tersebut akan membendung dibagian potongan sehingga di bagian tersebut kulit dan batang dalam akan mengembung atau membengkak (membentuk kalus). Pada bagian yang mengembung ini sebenarnya terjadi penumpukan auksin serta karbohidrat, dengan media tanah, auksin dan karbohidrat tersebut akan menstimulur timbulnya akar pada batang di atas potongan.








BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1.        Setek (cutting atau stuk) atau potongan adalah menumbuhkan bagian atau potongan tanaman, sehingga menjadi tanaman baru.
2.        Teknik perbanyakan dari pembiakan vegetatif dengan cara stek bermacam-macam yaitu menggunakan bagian tanaman seperti batang, cabang, daun, umbi, dan akar.
3.        Perlakuan terbaik adalah media tanah, kompos, dan pasir (1:1:1) karena media ini memiliki cukup pori tanah.
4.        Pembentukan akar stek karena hilangnya kambium dan hasil fotosintesis membentuk kalus dan akar.

5.2 Saran
            Praktikum ini sudah berjalan dengan baik dan materi yang disampaikan oleh asisten praktikum sudah cukup jelas. Sebaiknya praktikan melakukan praktikum ini sesuai prosedur dan lebih tertib lagi guna memperoleh data yang akurat, selain itu juga dapat mempercepat waktu praktikum sehingga pelaksanaan praktikum dapat lebih efisien.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar