Rodentisida
Tikus juga
merupakan organisme penggangu yang bnayak merugikan manusia. Di bidang
pertanian, tikus sering menyerang tanaman pangan, hortikltura,
dan tanaman perkebunan dalam waktu yang singkat dengan tingkat kerugian yang
besar. Berbagai stadia umur tanaman diserangnya, mulai dari pembibitan, masa
pertumbuhan sampai hasil panen yang tersimpan di guadang. Di peternakan,
tikus sering mengambil pakan ternak. Selain itu, tikus dapat menjadi sarana bagi
beberapa pathogen yang dapat menimbulkan penyakit bagi manusia dan hewan
piaraan.
Tikus sawah dapat berkembang biak mulai umur 1,5-5 bulan.
Setelah kawin, masa bunting memerlukan waktu 21 hari. Seekor tikus betina
melahirkan rata-rata 8 ekor anak setiap kali melahirkan, dan mampu kawin lagi
dalam tempo 48 jam setelah melahirkan serta mampu hamil sambil menyusui dalam
waktu yang bersamaan. Selama satu tahun seekor betina dapat melahirkan 4 kali,
sehingga dalam satu tahun dapat dilahirkan 32 ekor anak, dan populasi dari satu
pasang tikus tersebut dapat mencapai + 1200 ekor turunan. Hal ini menyebabkan
penyerangan besar-besaran di persawahan utamanya. Ada beberapa cara untuk
memberantas tikus tersebut salah satunya dengan menggunakan bahan kimia yang disebut
dengan rodentisida.
Rodentisida adalah racun
untuk membasmi hama tikus, baik tikus di sawah atau kebun maupun di permukaan. Dalam pengendalian hama tikus kita memerlukan strategi dan
waktu yang tepat, didunia pertanian tikus biasanya akan menyerang bila
penanaman padi tidak berselang atau diistirahatkan dulu pada fase vegetatif dan
fase generatif, cara pengendalian yang biasa dilakukan oleh para petani
dilakukan gropyokan dan pengemposan dengan menggunakan rodensida.
Berdasarkan
cara penggunaannya rodentisida terdiri dari dua jenis yaitu rodentisida yang
harus dicampurkan dengan umpan yang disenangi tikus (seperti; beras, jagung,
ketela pohon dan ubi jalar) dan rodentisida siap pakai yaitu umpan yang telah
mengandung racun. Penggunaan rodentisida didasarkan atas adanya aktivitas tikus
yaitu dengan adanya pengamatan atas jejak tikus, kotoran tikus atau gejala
serangan tikus. Masalahnya
tikus sangat terampil menghindar terhadap setiap tindakan pengendalian. Oleh
karena itu rodentisida yang efektif biasanya dalam bentuk umpan beracun.
Rodentisida digolongan
menajdi dua berdasarkan cara kerjanya, yaitu rodentisida akut (kontak) dan
rodentisida kronis (antikoagulan/sistemik). Rodentisida akut akan menyebabkan
kematian secara cepat, kematian biasanya terjadi
3-14 jam setelah peracunan. Sedangkan rodentisida kronis menyebabkan kematian secara lambat, kematian terjadi
beberapa hari kemudian setelah memakan umpan racun kronis tersebut. Kelebihan rodentisida akut yang cepat membunuh tikus juga
memiliki kelemahan rodentisida akut yaitu dapat menimbulkan
jera umpan, ketika satu atau beberapa tikus mati karena memakan umpan tikus
maka gerombolan tikus sudah saling mengkode sehingga tikus tidak akan memakan
umpan racun tersebut lagi. Rodentisida kronis menyerang secara sistemik
sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama, namun rodentisida kronis memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan rodentisida akut. Rodentisida kronis tidak
menyebabkan jera umpan karena serangan yang lambat sehingga tikus tidak
menyadari penyebab kematiannya dan saat diberi umpan racun tersebut tidak akan
memiliki efek jera. Tingkat efektifitas pengendalian rodentisida kronis cukup
tinggi dan bersifat spesifik sehingga mengurangi bahaya bagi jasad bukan
sasaran. Jadi, penggunaan
rodentisida yang bersifat sistemik lebih baik dibandingkan dengan rodentisida
kontak (akut) karena tidak menimbulkan efek jera umpan.
Saya guna ni utk buat kerja kursus . Sangat berbaloi 👍
BalasHapus